Tuesday 16 August 2011

Dangau Rendang : Tinta Pemula

Dangau Rendang di pinggir sawah di lengkongan kaki bukit. Empat tiang terpacak tegak  ke bumi dari teras kayu tembusu berbelimbing keliling. Tanpa dinding. Lantai daripada buluh duri yang matang, diraut dan diremdam di lubuk yang dalam, sebelum dijemur dan dipaku ke rasuk dari kayu halban. Tak tebuk dek kasai atau tak gerit dek anai-anai.

Atap daripada rumbia disemat tiga lapis dengan bemban yang tua. Direndam dalam air lumpur tujuh hari tujuh malam, diangkat dan dijemur lagi tujuh hari sebelum diikat pada kasau kayu mentangor. Tak makan dek ulat atau tak tebuk dek bubuk. Hujan datang insya Allah tak tiris, panas siang meredup bayang. Angin bertiup hati tak walang.

Lantai terbuka tanpa tangga, rendahnya dapat dipanjat anak, orang tua berjuntai kaki. Dari bukit melepaskan lelah, dari sawah tumpang bertuduh. Lantai buluh tak terasa lusuh.

Dangau Rendang, siang diterangi mentari, malam disinar bulan. Tak resah dek panas, tak rawan dek hujan. Salam perkenalan dan salam sejahtera.

No comments:

Post a Comment